PROFIL

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 5 menyebutkan “Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan”. Dan di ayat 6 disebutkan “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan” serta di ayat 10 disebutkan “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”
---- :: Selamat Datang di website Dewan Pengurus Daerah Kalimantan Timur Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal (DPD HISPPI-PNF KALIMANTAN TIMUR) :: ---

PROFIL HISPPI PNF KALTIM

HISPPI Pendidikan Nonformal selama ini bergerak dibawah pembinaan Direktorat Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). Secara intens, pembinaan teknisnya menjadi hak dari Direktorat PTK-PNF. Keterlibatan dukungan tiga direktorat dari Depdiknas tak membuat HISPPI kemudian menjadi manja. Banyak program-programnya berjalan melalui swadaya para pengurusnya dan jalinan kemitraannya dengan sponsor.


Dari segala macam hambatan yang muncul dalam perjalanan hidupnya, HISPPI PNF merasa perlu untuk tetap siap bersaing ditengah globalisasi dunia pendidikan. Salah satu upayanya menuju peningkatan mutu tenaga pendidik nonformal, adalah melalui digelarnya acara Rakernas dan Lokakarya bertema “Meningkatkan Mutu Pendidik PNF melalui Revitalisasi dan Kemitraan” pada tanggal 26 s/d 28 Januari 2007 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta.

Ketua Umum HISPPI, Nasrullah Yusuf memaparkan bahwa ada beberapa perubahan paradigma yang membuat HISPPI harus berusaha lebih keras lagi agar mempunyai kemampuan yang lebih kompetitif dan lebih profesional. Untuk mencapai hal ini, HISPPI memandang perlu untuk merevitalisasi keorganisasiannya, semangatnya, dan jiwa para pendidik nonformal. Penguatan jaringan kemitraan juga mulai dilakukan dengan pemerintah, masyarakat, dan pihak luar negeri.

Perkembangannya Tersandung Masalah Pendataan
Meskipun organisasi telah hidup selama dua dasawarsa, tetapi dalam pertumbuhannya, masih tidak didukung oleh data-data yang valid. Sebuah perhimpunan yang berisi para pendidik dan penguji ini, hingga sekarang masih belum memiliki data pendidik secara sempurna. Yang tercatat hanya dalam jumlah kasarnya, yaitu sebanyak 150.000 tenaga pendidik pendidikan nonformal yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam jumlah ini masih belum dapat terdefinisi, berapa orang tenaga penguji pendidikan nonformal yang ada dan aktif hingga sekarang.

Hal ini diakui oleh Nasrullah Yusuf, bahwa ternyata data pendidik dan penguji untuk pendidikan nonformal masih menjadi masalah hingga sekarang. Pendataan masih terus dilakukan HISPPI di tingkat Dewan Pengurus Daerah hingga sekarang. Dari pihak Dinas PLS di masing-masing daerah pun belum mempunyai data yang valid. Sejauh mana proses pendataan ini berjalan, masih dinyatakan belum jelas karena belum ada laporan yang diterima oleh HISPPI Pusat. Dengan tidak adanya data yang valid ini, bisa dipastikan dapat menghambat kelancaran mereka dalam menerima bantuan dari dana block grant khusus pendidikan nonformal untuk tahap ke-2 yang pencairannya mulai aktif pada bulan Maret 2007 sekarang.

Namun HISPPI PNF mengemban visi meningkatkan mutu pendidik PNF agar dapat mencetak lulusan yang bersaing di era global dan terus menjalankan program-program kegiatannya dalam rangka mewujudkan 4 misi pentingnya yaitu meningkatkan kualitas pendidik PNF, meningkatkan kesejahteraan pendidik PNF, meningkatkan perlindungan pendidik PNF, serta melakukan standar kualifikasi dan sertifikasi pendidik PNF.

Rakernas kali itu memang dilaksanakan sesuai dengan tugas yang tertera pada Anggaran Dasar BAB X Pasal 17 dan Anggaran Rumah Tangga BAB VII Pasal 10 yang menginstruksikan bahwa Rakernas dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa bakti kepengurusan. Selain itu, Rakernas juga dipandang sebagai barometer keberhasilan pelaksanaan program kerja yang telah disepakati dan disahkan pada Musyawarah Nasional HISPPI yang sebelumnya.

Acara Rakernas yang dirangkai dengan Lokakarya tersebut, dihadiri oleh tak kurang dari 60 orang yang berasal dari 29 DPD HISPPI berbagai daerah, antara lain Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Sulawesi Tenggara. Yang berhalangan hadir kali itu hanya DPD HISPPI dari Maluku Utara. Selain sebagai ajang pertemuan, acara ini juga menjadi sarana koordinasi antara HISPPI pusat dan DPDnya di daerah. Menurut pengakuan Nasrullah Yusuf, dana yang dikeluarkan untuk membiayai acara ini mencapai jumlah Rp 50 juta. Dana ini diperoleh dari jalinan kemitraan yang dibangun HISPPI dengan LP3I dan LPBM Teknokrat sebagai pendukung acara. Ia juga menyatakan bahwa para pendidik PNF yang hadir kali itu, membiayai keberangkatan dan akomodasinya dengan dana pribadi.

Hampir di semua pelaksanaan programnya, HISPPI bermitra dengan sponsor-sponsor yang bersifat sporadis. Kemitraannya di tingkat provinsi berjalan lancar. Begitu juga jalinan kerjasama dengan BPKP. Kemitraan yang sedang dibangun dengan pihak pemerintah pusat adalah melalui perangkatnya, yaitu BPPLSP (Badan Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda).

Kontribusi HISPPI PNF
Berdasarkan data matriks kegiatan kerja DPD HISPPI PNF dalam kurun waktu 2003 s/d 2007 sekarang, didapati ada sekitar 82 kegiatan kerja telah dilaksanakan. Dalam setiap tahunnya, terdapat peningkatan jumlah kegiatan kerja yang telah terlaksana. Peningkatan cukup tajam, dapat dilihat pada tahun 2006 dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Dibawah pimpinan Nasrullah Yusuf, di tahun 2006 lalu, ada 43 kegiatan yang terlaksana. Dari mulai musyawarah daerah, lokakarya, rapat koordinasi, beberapa acara workshop, seminar ilmiah, pelatihan dan pembinaan, kunjungan dan magang ke Cina, hingga ke acara pelantikan, berhasil terlaksana dengan lancar di sepanjang tahun 2006 lalu.

Rakernas dan Lokakarya HISPPI PNF akhir Januari 2007 lalu, telah memperoleh beberapa rekomendasi dari pengurus HISPPI PNF. Dari bidang program kerja, merekomendasikan beberapa hal, yaitu: meningkatkan mutu pendidik lewat temu ilmiah, seminar, serta pelatihan paedagogi dan andragogi, memberikan saran dan masukan kepada Depdiknas, mengadakan lomba-lomba kompetensi, serta memberikan sertifikasi terhadap para pendidik PNF yang belum memperoleh sertifikat. Beberapa strategi pun mulai disusun. Dalam meningkatkan profesionalisme pendidik melalui kemitraan dengan berbagai instansi: Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Lemhannas, Departemen Dalam Negeri, serta pemerintah pusat dan daerah.

HISPPI PNF juga mengupayakan untuk dapat memberi masukan dan mendorong percepatan diberlakukannya Peraturan Pemerintah tentang pemberian tunjangan fungsional bagi pendidik PNF. Sebagai akumulasi dari aspirasi para anggotanya, HISPPI PNF meminta pemerintah untuk memberi peluang kepada Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus Cabangnya untuk menyelenggarakan program-program dari dana block grant, Kursus Para Profesi, perolehan beasiswa kursus serta dana life skill untuk meningkatkan kinerja organisasi dan tenaga pendidik PNF.

Kondisi DPD HISPPI di daerah-daerah, dari penuturan salah satu pengurusnya, Yusuf, yang menjabat Ketua komisi A (bidang keorganisasian) HISPPI PNF, sekaligus utusan dari DPD HISPPI Sumatera Utara menyatakan bahwa di daerahnya sendiri, tenaga pendidik nonformal masih termasuk langka. Selama ini, mereka juga aktif melaksanakan ujian warga belajar dan ujian tenaga pendidik nonformalnya sekaligus dalam bentuk ujian-ujian praktek untuk ujian nasional. Kurang lebih hanya ada 80 orang tenaga pendidik nonformal yang akan mengikuti ujian nasional di BPPLSP Medan dalam bulan Februari yang lalu. “Materinya khusus dari Direktorat Pendidikan Luar Sekolah selaku panitia ujian nasional khusus untuk kursus-kursus,” ucapnya.

HISPPI merupakan salah satu asosiasi yang para anggotanya terdiri dari para penguji dan pendidik nonformal yang akan menyiapkan generasi muda menuju dunia kerja, dengan berbagai keterampilan sebagai nilai tambahnya setelah lulus pendidikan formal. Kesiapannya menghadapi demand driver dari dunia internasional, ditentukan oleh kompetensi para pendidik pendidikan nonformal yang terjun di dalamnya.

Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah khusus pendidikan nonformal (edisi Maret 2007) yang berkantor di Jakarta.

Writer : Ayu N. Andini

[+/-] Selengkapnya...